TENTANG PESTISIDA
Mengenal Macam Pestisida Tanaman
Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat (zat/bahan kimia)
pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan
serangga, jamur, bakteri, virus dan hama lainnya seperti tikus, bekicot, dan nematoda (cacing).
Walaupun demikian, istilah pestisida tidak hanya dimaksudkan untuk racun
pemberantas hama tanaman dan hasil pertanian, tetapi juga racun untuk
memberantas binatang atau serangga dalam rumah, perkantoran atau gudang,
serta zat pengatur tumbuh pada tumbuhan di luar pupuk.
Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan menurut beberapa hal berikut:
Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya,
pestisida dibagi menjadi 6 jenis yaitu:
1. Insektisida
adalah pestisida yang digunakan untuk
memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat.
Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah,
perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut.
Contoh: basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat,
diazinon,dll.
2. Fungisida
adalah pestisida untuk
memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/cendawan seperti bercak daun,
karat daun, busuk daun, dan cacar daun.
Contoh: tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
3. Bakterisida
adalah pestisida untuk memberantas
bakteri atau virus. Salah satu contoh bakterisida adalah tetramycin yang
digunakan untuk membunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk.
Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas.
Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang
masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
4. Rodentisida
adalah pestisida yang digunakan untuk
memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya
diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau
jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga
hewan ternak yang memakannya. Contohnya: Warangan.
5. Nematisida
adalah pestisida yang digunakan untuk
memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini
biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya
digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat
meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam.
Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga
dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
6. Herbisida
adalah pestisida yang digunakan untuk
membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan,
eceng gondok, dll. Contoh: ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.
- Berdasarkan bahan aktifnya,
pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
- Pestisida organik (Organic pesticide): pestisida yang bahan aktifnya
adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman atau binatang,
misal: neem oil yang berasal dari pohon mimba (neem).
- Pestisida elemen (Elemental pesticide): pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti: sulfur.
- Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide): pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.
- Berdasarkan cara kerjanya,
pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
- Pestisida sistemik (Systemic Pesticide): adalah pestisida yang diserap
dan dialirkan ke seluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun
bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram.
Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini
bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama.
Contoh: Neem oil.
- Pestisida kontak langsung (Contact pesticide): adalah pestisida yang
reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik
ketika makan ataupun sedang berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih
baik menggunakan jenis pestisida ini. Contoh: Sebagian besar pestisida
kimia.
Efek Penggunaan Pestisida
Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui
pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman
bebas dari serangan hama penyakit.
Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan
menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida.
Namun penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik itu
bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak
negatif ini akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam
memilih jenis dan cara penggunaannya.
Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya:
1. Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian
terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang
sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut
termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk
hidup itu telah tercemar pestisida. Bila seorang ibu menyusui memakan
makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang
disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida
tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi
lewat air susu yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul
dalam tubuh bayi (bioakumulasi).
2. Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk
ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang
tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan
udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil
seperti plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan
terakumulasi dalam tubuh ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya bila
ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah satu kasus
yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan
burung kasa dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti
ternyata burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida
organiklor yang menjadi penyebab rusaknya dinding telur burung itu
sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja
perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu
akan punah.
3. Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap
takaran pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran
pestisida diperbesar jumlahnya. Akibatnya, jelas akan mempercepat dan
memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada makhluk hidup dan
lingkungan kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku
utamanya.
Upaya Mengurangi Efek Negatif Pestisida
Mengurangi residu
Ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada sayuran,
antara lain dengan mencucinya secara bersih dengan menggunakan air yang
mengalir, bukan dengan air diam. Jika yang kita gunakan air diam
(direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut menempel
kembali ke sayuran. Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa
menurunkan residu sebanyak 70 persen untuk jenis pestisida karbaril dan
hampir 50 persen untuk DDT. Mencuci sayur sebaiknya jangan lupa
membersihkan bagian-bagian yang terlindung mengingat bagian ini pun tak
luput dari semprotan petani. Untuk kubis misalnya, lazim kita lihat
petani mengarahkan belalai alat semprot ke arah krop (bagian bulat dari
kubis yang dimakan) sehingga memungkinkan pestisida masuk ke bagian
dalam krop.
Selain pencucian, perendaman dalam air panas (blanching) juga dapat
menurunkan residu. Ada baiknya kita mengurangi konsumsi sayur yang masih
mentah karena diperkirakan mengandung residu lebih tinggi dibanding
kalau sudah dimasak terlebih dulu. Pemasakan atau pengolahan baik dalam
skala rumah tangga atau industri terbukti dapat menekan tekanan
kandungan residu pestisida pada sayuran.
Sayur-sayuran memang diperlukan tubuh untuk mencukupi kebutuhan kita
akan berbagai mineral dan vitamin penting. Tetapi, karena di sana ada
bahaya, kehati-hatian sangatlah dituntut dalam hal ini. Ada baiknya
memang kalau kita tahu dari mana sayur itu dihasilkan. Tetapi paling
aman pastilah kalau kita menghasilkan sayuran sendiri, dengan
memanfaatkan pekarangan rumah, dengan pot sekalipun. Karena pestisida
tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga mematikan organisme
yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia, maka agar terhindar
dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan penggunaannya harus
dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai petunjuk.
Selain itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat pula
dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang
berasal dari tumbuhan (biopestisida). Biopestisida tidak mencemari
lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga
relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia. Sebagai contoh adalah
air rebusan dari batang dan daun tomat dapat digunakan untuk memberantas
ulat dan lalat hijau.
Kita juga dapat menggunakan air rebusan daun kemanggi untuk memberantas
serangga. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang
mengandung bioaktif pestisida seperti tanaman mindi, bunga mentega,
rumput mala, tuba, kunir, kucai, dll.
Pestisida adalah bahan yang berbahaya tetapi akan aman bila digunakan sesuai dengan aturannya.
Sumber:
Kimia.upi.edu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar